Rabu, 28 Maret 2012

SISTEM PENGOLAHAN AIR PADA DEPOT AIR MINUM ISI ULANG


Pengolahan air dilakukan beberapa cara antara lain pengolahan secara sederhana, pengolahan dengan saringan pasir lambat, pengolahan dengan cara koagulasi, pengolahan dengan biofilter (Suriawiria, 1996). Sedangkan proses pengolahan air terdiri dari beberapa tahap (Azwar,1979), yakni:
  • Tahap pertama, merupakan pengolahan pendahuluan, meliputi; penyaringan bahan-bahan kasar dalam air baku, dan penyimpanan air baku lalu akan terbentuk sedimen.
  • Pada tahap kedua, meliputi pembubuhan bahan kimia (seperti : koagulan dan penetral pH) dan pengadukan dan pengendapan.
  • Sedangkan tahap ketiga, air bersih hasil pengendapan, disaring memakai saringan pasir lambat, saringan pasir cepat, atau zeolit.
  • Tahap keempat, Proses desinfeksi guna membunuh mikroorganisme memakai, seperti : kaporit, pendidihan (suhu 1000C), atau gabungan keduanya.
Pada proses pengolahan air minum pada depot minum isi ulang, dilakukan sistem peengolahan tanpa pemanasan. Bahan baku air bersih diolah dengan cara filtrasi dan desinfeksi. Terdapat kesamaan peralatan pada sistem pengolahan air pada Depot Air Minum Isi Ulang. Sedangkan media penyaring yang digunakan, umumnya terdiri dari : pasir silika dan karbon aktif/cartridge microfilter berupa gulungan serat putih halus terbuat dari bahan polypropylene. Air baku Depot Air Minum Isi Ulang Sumber air baku Depot Air Minum Isi Ulang dapat berasal dari berasal dari air tanah, mata air/artesis, atau air PDAM. Sumber ini menentukan peralatannya. Bila berasal dari air tanah, prosesnya meliputi filtrasi menjadi air bersih (sesuai standar), lalu filtrasi menjadi air minum (Rinawati, 2003) Sedangkan apabila air baku dari hasil olahan, peralatan yang diperlukan meliputi (Depperin, 2006) :
  1. Tangki air sesuai kapasitas produksi tiap harinya, terbuat dari stainless steel, fiber glass, atau plastik.
  2. Pompa memakai jenis pompa semi jet berbahan stainless atau plastik.
  3. Filter air, seperti:jenis absorbsi, untuk menyaring dan menyeimbangkan unsur air agar diperoleh kesetimbangan baru berstandar air murni.
  4. Ozon untuk mensterilisasi media/tempat filtrasi, air, tabung filter, tangki air, dan instalasi lainnya agar terhindar dari kontaminasi.
  5. Sinar ultra violet berfungsi membunuh mikroorganisme pada air.
  6. 6. Cartridge microfilter berupa saringan berpori berukuran mikron untuk menyaring partikel kecil dalam air .
  7. Kran outlet merupakan kran keluaran air dari proses, harus maksimal sesuai kapasitas produksi yang dibutuhkan
Pada umumnya, proses pengolahan air pada DAMIU melalui tahap– secara ringkas–sebagai berikut : Tanki air baku (1) ? Tahap filtrasi (2) merupakan tabung Filter – saringan pasir dan karbon aktif,  ? Tanki penampungan (3) dilengkapi dengan Catridge (saringan air dari polypropylene fiber) ? Water purifer (4) ?Tahap sterilisasi (5) umumnya merupakan tabung Ultraviolet ?Pengisian (6) – wadah galon   Bedasarkan diagram diatas dapat dijelaskan, secara garis besar proses pengolahan air pada depot air minum isi ulang sebagai berikut:
  1. Air baku dalam tangki dialirkan ke tabung filter memakai pompa, tabung ini terdiri dari media saringan pasir dan karbon aktif.
  2. Air hasil filtrasi dialirkan ke catridge (saringan air dari polypropylene fiber) berpori-pori berdiameter 10 , 5 , dan 1 mikron. Selanjutnya air ditampung dalam tangki berbahan stainless steel, lalu dialirkan ke Cartridge lainnya dengan pompa dan didesinfeksi ultraviolet.
  3. Tahap terakhir air diisikan ke galon air yang telah terbilas dengan air produknya.
Sejalan perkembangan teknologi pengolahan air, beberapa DAMIU memakai sistem reverse osmosis dalam mengolah airnya (Nesca, 2006). Sistem reverse osmosis pada prinsip menyaring air bersih(air baku) — didorong pompa penguat(booster pump) – dengan melewatkan pada membran berpori-pori 10-4 mikron (setara10-7 mm) sehingga dihasilkan air yang mendekati air murni karena sebagian besar zat-zat terlarut di dalam media air tidak dapat melewati membran tersebut (Prima Coco A.N.,2006). Sistem ini menyediakan saluran pembuangan untuk zat-zat terlarut (beserta air pelarutnya) yang tidak mampu menembus membran tersebut sehingga keluar dari sistem pengolahan air sebagai air sortiran/buangan.(Nesca, 2006)   Pengolahan air secara reverse osmosis melalui beberapa tahap antara lain :
  1. Air baku dialirkan ke tabung filter (pori-pori 0,1mikron) guna memisahkan dari partikel fisik (debu, karat, dan lumpur), kemudian dialirkan ke granular karbon aktif guna menyerap zat kimia
  2. Air dialirkan ke blok karbon aktif (menyempurnakan fungsi granular karbon aktif) atau resin (menyerap kapur dan magnesium dalam air sadah), lalu air dialirkan ke membran dengan bantuan pompa penguat. Pada membran ini, air mengalami reverse osmosis, yakni pemisahan air dari polutan terlarut melalui membran berpori-pori 10-4mikron dan membuang residu dan polutan terlarutnya, kemudian air tersaring dialirkan ke biokeramik.
  3. Pada biokeramik, terjadi pemecahan molekul air dengan sinar Far-Infra­Red agar memiliki bioenergi guna meningkatkan ketahanan dan kesehatan tubuh;
  4. Air hasil dari biokeramik dialirkan ke magnetic energy, tempat penyusunan molekul air supaya dihasilkan air heksagonal aktif untuk meningkatkan ketahanan dan kesehatan tubuh.
  5. Air dialirkan ke pascakarbon untuk menyerap bau, mengembalikan rasa, dan menghambat pertumbuhan mikroorganisme, lalu air dialirkan melalui kran angsa (F) dan siap dikonsumsi.
Kedua jenis teknologi pengolahan air tersebut seharusnya mampu melenyapkan semua polutan dalam air baku sehingga dihasilkan air minum yang sesuai standar kesehatan. Namun, hasil penelitian Athena, et al.(2003) menunjukkan kurang optimalnya alat pengolah air guna menghilangkan polutan pada produk depot air minum isi ulang, terutama untuk air baku yang mengandung sangat banyak total coli maupun fecal coli. Diperlukan berbagai usaha untuk melindungi masyarakat dari dampak mengkonsumsi air minum kurang layak, terutama dari aspek bakteriologis ini. Beberapa usaha dimaksud seperti pemeriksaan secara berkala, baik pada bahan baku air bersih maupun hasil olahannya. Hal ini terutama harus dilakukan secara mandiri oleh pengusaha depot air minum isi ulang, karena usaha mereka langsung terkait dengan kesehatan masyarakat, mereka juga  melakukan bisnis pada bidang itu.